5 Makanan Penyebab Obesitas yang Paling Banyak Dikonsumsi Orang Indonesia | Giok4D

Posted on

Kasus penyakit tidak menular (PTM) seperti obesitas dan diabetes mengalami peningkatan yang signifikan. Keduanya menjadi penyebab utama berbagai penyakit serius seperti jantung, stroke, dan gangguan ginjal.

Menurut dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Kemenkes RI, kasus obesitas sentral naik drastis dari 18,8 persen menjadi 36,8 persen pada tahun 2023. Obesitas sentral didefinisikan sebagai lingkar perut lebih dari 80 cm untuk perempuan dan lebih dari 90 cm untuk laki-laki.

Data dari pemeriksaan kesehatan gratis (CKG) menunjukkan bahwa obesitas sentral menjadi salah satu kondisi paling umum yang memicu penyakit jantung dan stroke. Akibatnya, beban pembiayaan BPJS Kesehatan melonjak, dengan 70 persen dari total pemanfaatan dana Rp 174,90 triliun digunakan untuk pengobatan penyakit jantung.

Peningkatan ini tidak lepas dari perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat yang kini cenderung memilih makanan ultra proses dan cepat saji, seperti yang sudah lebih dulu terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut dr. Nadia, makanan siap saji tersebut umumnya mengandung kadar garam, gula, dan lemak (GGL) yang jauh melebihi batas aman.

“Tren ini terjadi di banyak negara, AS, Eropa itu sudah mengalami transisi pola konsumsi yang kita tahu banyak sekali mengkonsumsi makanan siap saji yang kemudian kalau dilihat dari sisi kalori garam, gula, lemak, (GGL) sebagian besar melebihi daripada yang seharusnya,” sorot dr Nadia dalam webinar hasil diseminasi pemasaran makanan tidak sehat, dilansir infoHealth, Kamis (10/7/2025).

Kondisi ini semakin parah di kalangan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, yang cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan instan dan siap saji dibandingkan kelompok ekonomi atas. Alasan utamanya adalah kemudahan akses dan harga yang lebih terjangkau.

Selain itu, kemudahan memesan makanan secara online juga ikut mendorong peningkatan konsumsi pangan olahan dan cepat saji.

“Sehingga ini mendorong konsumsi pangan siap saji dan pangan olahan itu lebih banyak lagi,” tandas dia.

Berikut data tren konsumsi pangan berisiko atau tinggi GGL:

Masyarakat mulai tren mengonsumsi makanan manis hingga meningkat 6,5 persen. Di 2018, sebanyak 59,8 persen meningkat jadi 66,3 persen di 2023 menurut data survei kesehatan indonesia (SKI) 2023.

Konsumsi minuman manis juga meningkat meski tidak terlalu signifikan yakni 3,8 persen dibandingkan tahun 2018, jadi 52,5 persen.

Tren makan makanan yang berlemak tinggi seperti gorengan juga meningkat 4,5 persen jadi 62,7 persen pada 2023.

Masyarkaat juga banyak yang mengonsumsi makanan berpenyedap sehari-hari. Naik ,8 persen dari 22, jadi 26,2 persen.

Dari semua makanan di atas, mi instan dan makanan instan jadi favorite masyarakat. Sekitar 94 persen masyarakat terbiasa mengonsumsi mi instan dan makanan instan di 2023.

1. Makanan manis

2. Minuman manis

3. Makanan berlemak tinggi kolesterol jahat (gorengan)

4. Makanan dengan bumbu penyedap

5. Mi instan, makanan instan

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.