Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyebutkan banyak hewan ternak di Tanah Rencong mati akibat banjir bandang yang melanda akhir November lalu. Mualem menyarankan pemerintah pusat mengimpor sapi agar masyarakat dapat menyantap daging saat hari meugang.
Mualem menyampaikan hal itu dalam Rapat Koordinasi Satgas Pemulihan Pascabencana DPR dengan kementerian/lembaga dan kepala daerah di Banda Aceh, Selasa (30/12/2025). Permintaan itu disampaikan kepada Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dan Mendagri Tito Karnavian.
“Ini saya alamatkan ke Pak Purbaya sama Pak Mendagri. Sebentar lagi kita menjelang Ramadan, jadi Aceh kalau tidak makan daging rasanya Ramadan enggak sah,” kata Mualem.
Mualem mengatakan, harga daging di Aceh selama ini termahal di Indonesia. Ketika meugang sebelumnya, harga daging sapi atau kerbau mencapai Rp 200 ribu perkilogram.
Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu memperkirakan harga daging saat meugang kali ini mencapai Rp 300 ribu perkilogram. Hal itu disebabkan banyak hewan ternak mati.
“Jadi kepada pak Mendagri dan pak Purbaya mohon dagingnya pak atau sapi utuh untuk kita apakah jual atau kita kasih kepada masyarakat yang terdampak supaya (mereka) dapat menikmati dagingnya,” jelas Mualem.
“Saya rasa boleh impor pak di mana-mana, di Australia atau pun di India yang murah. Ini saya sarankan pak, karena banyak ternak yang jadi korban. Di tempat saya di kampung saya ada agen sapi sampai 300 ekor musnah sapinya dampak banjir,” lanjut Ketua Umum Partai Aceh itu.
Untuk diketahui, meugang merupakan tradisi masyarakat Aceh membeli daging sapi atau kerbau untuk kemudian dimasak dan disantap bersama keluarga. Tradisi meugang ini sudah dilakukan sejak masa Sultan Iskandar Muda memimpin Tanah Rencong.
Dalam setahun, ada tiga kali meugang yaitu dua atau tiga hari sebelum Ramadan, sehari sebelum lebaran Idul Fitri dan dua hari sebelum lebaran Idul Adha.
“Saat meugang semua orang statusnya sama baik orang kaya ataupun miskin. Mereka semua beli daging untuk dimakan bersama keluarga,” kata kolektor manuskrip kuno Aceh, Tarmizi Abdul Hamid kepada infocom beberapa waktu lalu.
