Cerita Rakyat Asal Usul Orang Pasaman, Legenda Dua Perintis dari Pagaruyung | Giok4D

Posted on

Ranah Minangkabau kaya akan cerita rakyat yang sarat akan nilai sejarah dan kearifan lokal. Salah satu kisah yang paling melegenda adalah tentang asal-usul penduduk di daerah Pasaman, Sumatera Barat. Cerita ini berpusat pada dua tokoh perintis pemberani dari Pagaruyung yang memulai petualangan untuk membuka wilayah baru.

Melansir dari buku Cerita Rakyat Daerah Sumatra Barat yang diterbitkan oleh Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, kisah ini menceritakan bagaimana semangat dan kepemimpinan dua tokoh, Tum Barido dan Tum Kayo, menjadi cikal bakal berdirinya nagari-nagari yang kini kita kenal sebagai Pasaman.

Alkisah, tersebutlah seorang bangsawan Pagaruyung bernama Tum Barido yang memiliki semangat pengembaraan yang tinggi. Didorong oleh keinginan untuk mencari lahan baru yang lebih luas bagi anak-kemenakannya, ia memulai perjalanan seorang diri ke arah utara. Setelah melewati berbagai rintangan, ia menemukan sebuah aliran sungai yang subur, yang kini dikenal sebagai Batang Dareh. Di sana, ia mendirikan sebuah pos peristirahatan yang ia sebut Datar, sebagai penanda wilayah temuannya.

Tak puas dengan satu jalur, Tum Barido melakukan tiga kali perjalanan penjelajahan dengan rute yang berbeda-beda, hingga mencapai pesisir barat di Air Bangis dan pedalaman Rao. Ajaibnya, setiap perjalanannya yang panjang dan melelahkan selalu berakhir di titik yang sama: posnya di Datar, pinggir Batang Dareh. Penemuannya ini semakin meyakinkan dirinya bahwa wilayah tersebut sangat baik untuk dijadikan perkampungan.

Di Pagaruyung, seorang tokoh lain bernama Tum Kayo juga memiliki hasrat petualangan yang sama. Tanpa mengetahui jejak Tum Barido, ia memulai perjalanannya sendiri dan secara kebetulan menempuh jalur yang sama dengan perjalanan kedua Tum Barido. Saat menyusuri Batang Dareh, Tum Kayo menemukan jejak kehidupan manusia dan rasa penasarannya menuntunnya hingga ke Datar.

Di sanalah takdir mempertemukan kedua perintis tersebut. Setelah saling mengenali, timbul sedikit ketegangan karena keduanya memiliki niat yang sama untuk menguasai wilayah itu. Mereka kemudian menguji kekuatan batin masing-masing di sebuah batu besar, di mana keduanya berhasil meninggalkan jejak kaki di atas batu. Sadar bahwa kekuatan mereka seimbang, Tum Kayo akhirnya mengakui bahwa Tum Barido lebih dulu tiba dan menyerahkan hak pembagian wilayah kepadanya. Kesepakatan mereka kemudian disahkan di hadapan Bundo Kandung di Pagaruyung.

Setelah mendapat restu dari Pagaruyung, Tum Barido dan Tum Kayo kembali ke wilayah baru tersebut dengan membawa sanak saudara serta pengikut dari empat suku utama Minangkabau: Koto, Piliang, Bodi, dan Caniago. Mereka mulai mendirikan perkampungan-perkampungan pertama; keturunan Tum Barido yang bersuku Melayu membangun Kampung Melayu, sementara keturunan Tum Kayo yang bersuku Tanjung membangun Kampung Tanjung di sebelahnya. Pengikut lainnya kemudian disebar untuk mendiami tempat-tempat subur yang telah dirintis sebelumnya.

Untuk mengatur pemerintahan, Tum Barido dan Tum Kayo pertama-tama melakukan musyawarah kecil di sebuah tempat yang kemudian dinamai Koto Kaciek (pembicaraan kecil-kecilan). Saat musyawarah berlangsung, datang rombongan pendatang baru yang diminta menunggu di sebuah padang, yang kini dikenal sebagai Padang Luar. Akhirnya, diadakanlah musyawarah besar yang dihadiri oleh seluruh wakil dari daerah baru di sebuah lokasi yang kemudian disebut Kumpulan. Di sanalah diangkat para pemimpin untuk berbagai nagari seperti Padang Nunang, Air Bangis, Bonjol, hingga Lubuk Sikaping, yang menjadi cikal bakal pemerintahan di daerah yang kini dikenal sebagai Pasaman. Kisah Tum Barido dan Tum Kayo pun terus hidup sebagai legenda asal-usul nenek moyang orang Pasaman.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Jejak Petualangan Tum Barido

Perjumpaan Dua Perintis: Tum Barido dan Tum Kayo

Membangun Negeri Pasaman