Tanggal 10 Desember bukan sekadar tanggal merah di kalender internasional. Bagi masyarakat dunia, tanggal ini adalah momen sakral untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia.
Pada tahun 2025 ini, peringatan Hari HAM memasuki usianya yang ke-77. Peringatan tahun ini terasa sangat berbeda, tidak hanya karena dinamika di Indonesia yang diwarnai transisi pemerintahan dan bencana alam, tetapi juga karena pesan global yang kuat mengenai kondisi kemanusiaan saat ini.
Lantas, bagaimana sejarah lahirnya hari penting ini, apa tema besar tahun 2025, dan bagaimana pesan Sekretaris Jenderal PBB menyikapi situasi dunia terkini? Berikut informasi lengkapnya.
Melansir laman resmi United Nations atau PBB, sejarah peringatan ini tidak lepas dari trauma mendalam akibat kekejaman Perang Dunia II (1939-1945). Jutaan korban jiwa dan hancurnya martabat manusia mendorong masyarakat internasional untuk memastikan tragedi serupa tidak terulang.
Puncaknya terjadi pada 10 Desember 1948 di Paris, ketika Majelis Umum PBB secara resmi mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Dokumen ini menjadi tonggak sejarah peradaban karena untuk pertama kalinya, hak-hak fundamental manusia dilindungi secara universal tanpa memandang ras, agama, atau status sosial.
Tahun ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat tema yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu “Human Rights, Our Everyday Essentials” atau “Hak Asasi Manusia, Kebutuhan Esensial Kita Sehari-hari”.
Tema ini diperkuat oleh pernyataan resmi pimpinan tertinggi PBB yang menyoroti tantangan berat kemanusiaan saat ini.
Melansir laman United Nations Information Service, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam pesannya untuk Hari Hak Asasi Manusia 10 Desember 2025 menyampaikan peringatan keras mengenai kondisi global.
“Hampir delapan puluh tahun yang lalu, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mendefinisikan apa yang dibutuhkan setiap orang untuk bertahan hidup dan berkembang. Itu adalah terobosan filosofis dan politik – dan telah menjadi landasan komunitas global kita sejak saat itu,” ungkap António Guterres dalam keterangan resminya.
Namun, ia juga menyoroti kemunduran yang terjadi belakangan ini.
“Hak asasi manusia – sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya – tidak dapat dicabut, tidak dapat dibagi, dan saling bergantung. Namun, tahun-tahun terakhir ini telah membawa penyempitan ruang sipil. Kita mengalami pelanggaran berat yang menandakan pengabaian hak secara mencolok, dan ketidakpedulian yang kejam terhadap penderitaan manusia.”
Dalam pesan tersebut, PBB mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu melindungi institusi yang membuat HAM menjadi kenyataan hidup, mulai dari memberikan perlindungan, mendukung pendidikan, hingga memberdayakan perempuan.
“Hak-hak kita tidak boleh ditempatkan di urutan kedua setelah keuntungan atau kekuasaan. Mari kita bersatu untuk melindunginya, demi martabat dan kebebasan semua orang,” tutup pesan tersebut.
Sejarah Hari HAM Sedunia: Bangkit dari Puing Perang Dunia II
Tema dan Pesan Sekjen PBB untuk Hari HAM 2025
Tahun ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat tema yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu “Human Rights, Our Everyday Essentials” atau “Hak Asasi Manusia, Kebutuhan Esensial Kita Sehari-hari”.
Tema ini diperkuat oleh pernyataan resmi pimpinan tertinggi PBB yang menyoroti tantangan berat kemanusiaan saat ini.
Melansir laman United Nations Information Service, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam pesannya untuk Hari Hak Asasi Manusia 10 Desember 2025 menyampaikan peringatan keras mengenai kondisi global.
“Hampir delapan puluh tahun yang lalu, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia mendefinisikan apa yang dibutuhkan setiap orang untuk bertahan hidup dan berkembang. Itu adalah terobosan filosofis dan politik – dan telah menjadi landasan komunitas global kita sejak saat itu,” ungkap António Guterres dalam keterangan resminya.
Namun, ia juga menyoroti kemunduran yang terjadi belakangan ini.
“Hak asasi manusia – sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya – tidak dapat dicabut, tidak dapat dibagi, dan saling bergantung. Namun, tahun-tahun terakhir ini telah membawa penyempitan ruang sipil. Kita mengalami pelanggaran berat yang menandakan pengabaian hak secara mencolok, dan ketidakpedulian yang kejam terhadap penderitaan manusia.”
Tema dan Pesan Sekjen PBB untuk Hari HAM 2025
Dalam pesan tersebut, PBB mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu melindungi institusi yang membuat HAM menjadi kenyataan hidup, mulai dari memberikan perlindungan, mendukung pendidikan, hingga memberdayakan perempuan.
“Hak-hak kita tidak boleh ditempatkan di urutan kedua setelah keuntungan atau kekuasaan. Mari kita bersatu untuk melindunginya, demi martabat dan kebebasan semua orang,” tutup pesan tersebut.
