Jalur transportasi dari Tapanuli Utara (Taput) menuju Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) hingga kini belum bisa dilewati. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jalur-jalur yang tertutup longsor tersebut masih dalam proses pembukaan.
“Yang terus berupaya kita tembus, adalah jalur dari Taput menuju Sibolga. Ini adalah urat nadi atau jalan yang sangat vital,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat konferensi pers, Jumat (28/11/2025).
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Suharyanto menyebut tim gabungan dari TNI/Polri serta PUPR tengah berupaya untuk membuka jalur tersebut. Sejauh ini sudah ada 10 km jalan yang sudah dibersihkan.
“Sekarang masih proses pembukaan. Ada satgas gabungan, Kementerian PUPR, satgas TNI/Polri di situ bahu membahu bekerja mulai dari kemarin dan hasilnya per hari ini lebih dari 10 km yang sudah dibuka. Target kami kalau malam ini tidak tembus, besok kami akan usahakan untuk tembus, sehingga jalur transportasi dari Taput ke Sibolga ini bisa pulih,” jelasnya.
“Ini dari Sibolga belum bisa tembus karena ada beberapa jalan dan jembatan yang putus. Namun, tadi pagi Satgas TNI/Polri sudah bisa masuk menggunakan motor, menggunakan jalan kaki, artinya kebutuhan masyarakat yang terdampak secara bertahap kita bisa berikan,” sambung Suharyanto.
Sementara untuk jalur Tapsel menuju Medan, Suharyanto menyebut jalur tersebut juga masih tertutup. Pihaknya juga tengah berupaya untuk membuka jalur itu.
Selain itu, beberapa titik di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) juga belum bisa dilalui.
“Untuk dari Tapsel menuju Medan ini juga masih tertutup, ada dua titik, ini juga kami usahakan untuk ditembus,” ujarnya.
Suharyanto mengungkapkan bahwa Tapteng menjadi kabupaten dengan bencana paling parah di Sumut. Ada 47 orang yang dilaporkan tewas di Tapteng. Sementara data keseluruhan untuk korban tewas bencana di Sumut sebanyak 116 orang. Data tersebut diperbaharui hingga sore ini.
“Untuk Sumut, kabupaten yang paling parah terdampak bencana ini adalah Tapteng,” kata Suharyanto.
Dia mengatakan bahwa Sumut lebih dulu terkena bencana dibandingkan Aceh dan Sumatera Barat (Sumbar). Setelah Sumut, disusul oleh Sumbar dan Aceh.
Dia menyampaikan bahwa provinsi dengan dampak yang terberat dari tiga wilayah itu adalah Sumut.
“Ini yang terberat adalah Sumut yang duluan bencananya. Setelah itu baru Sumbar menyusul, jumlah kab/kota di Sumbar tidak sebanyak Sumut dan Aceh yang terkena bencana. Lalu, setelah itu Aceh belakangan, baru kemarin terjadi bencana yang cukup besar, banjir dan longsor,” jelasnya.
Suharyanto memerinci korban meninggal dunia terdiri dari 47 korban di Tapanuli Tengah (Tapteng), Tapanuli Selatan (Tapsel) 32 orang, Sibolga 17 orang, Tapanuli Utara (Taput) 11 orang, Humbang Hasundutan (Humbahas) 6 orang, Padangsidimpuan 1 orang, dan Pakpak Bharat dua orang.
Sementara untuk Mandailing Natal (Madina) belum ada dilaporkan korban tewas.
“Tentu datanya akan berkembang terus karena kami informasikan juga masih ada titik titik yang belum bisa ditembus karena masih dalam proses penanganan,” jelasnya.
