Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti Sitorus menemui seratusan mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) yang menggelar aksi di depan DPRD Sumut. Namun, massa tidak puas dengan jawaban Erni dan menilai jawabannya terlalu template.
Awalnya, Erni menemui massa aksi bersama dengan dua Wakil Ketua DPRD Sumut, yakni Salman Alfarisi dan Ihwan Ritonga. Lalu, mereka duduk lesehan di tanah bersama massa aksi. Erni pun mengucapkan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi belakangan ini.
“Saya memohon maaf apabila ada kegaduhan belakangan ini di gedung DPRD. Mohon maaf kami kalau kami belum memberikan tindakan,” kata Erni, Selasa (2/9/2025).
Erni menyebut menerima tuntutan massa aksi. Tuntutan itu, kata Erni, juga hampir sama dengan tuntutan massa-massa aksi sebelumnya.
“Tuntutan ini kami terima dari kawan-kawan semua, tuntutan ini sebenarnya sudah disampaikan juga oleh kawan-kawan yang lain, artinya seluruh masyarakat Sumut menyampaikan tuntutan yang sama kepada kita,” jelasnya.
Jawaban Erni itu pun dikomentari oleh salah seorang perempuan yang menjadi bagian massa aksi. Perempuan tersebut menilai jawaban Erni itu terlalu template dan sama saat Erni merespons tuntutan massa aksi sebelumnya.
Pernyataan perempuan itu disambut teriakan dari massa. Mereka setuju dengan pernyataan perempuan tersebut. Lalu, massa meminta Erni memberikan jaminan bahwa tuntutan itu akan disampaikan ke pusat.
“Jawaban dari bapak/ibu itu template sekali, kasih jaminan sama kami, jangan cuman bilang ‘akan kami, akan kami’, aksi semalam juga bapak/ibu bilang ‘nanti kami bicarakan’. Kami nggak mau, kasih kami jaminan. Kalau ibu/bapak semua menuruti semua yang kami tuntut, apa jaminannya? kalau memang nggak bisa dipercaya kita tuntut saja, turun dari DPR,” kata salah seorang massa aksi tersebut.
Erni pun menjelaskan bahwa hingga 5 September 2025, masih akan ada aksi ke DPRD Sumut. Oleh karena itu, Erni menyebut akan menunggu tuntutan massa aksi lainnya, baru seluruh tuntutan itu disampaikan ke pusat.
“Mohon dengar. Ini aksi sampai tanggal 5 September, kita akan tetap menerima sampai 5 September, kita belum ke mana-mana. Setelah itu, akan kami rangkum apa yang menjadi permasalahan kawan-jawan semua, baru kami akan tindaklanjuti, mohon waktunya sampai tanggal 5 September,” kata Erni.
Massa aksi pun tidak terima dengan pernyataan Erni itu. Massa tetap meminta Erni memberikan kejelasan waktu soal tuntutan tersebut. Pada akhirnya, disepakati bahwa dalam kurun waktu 2×24 jam, Erni memberitahu mahasiswa soal perkembangan tuntutan itu.
Setelah bertemu dengan Erni, massa pun mulai membubarkan diri. Usai massa bubar, Jalan Imam Bonjol yang sempat tertutup sudah bisa dilalui pengendara lagi.
Sebelumnya diberitakan, seratusan mahasiswa Unimed menggelar aksi di depan DPRD Sumut. Alhasil, Jalan Imam Bonjol yang berada di depan gedung DPRD Sumut ditutup.
Berdasarkan pantauan infoSumut, Selasa massa tiba sekira pukul 15.16 WIB. Massa datang dengan berjalan kaki dan sebagian di antaranya berada di atas mobil komando.
Mereka sambil menyanyikan lagu ‘Buruh Tani’. Mahasiswa membawa beberapa spanduk yang di antaranya bertuliskan ‘Hentikan represifitas aparat #ReformasiPolri!! ACAB 1312’.
Setelah massa aksi tiba, Jalan Imam Bonjol ditutup. Pengendara pun harus mencari jalan alternatif lain.
Salah seorang orator menyampaikan ada beberapa tuntutan mereka. Pertama, meminta RUU Perampasan Aset untuk disahkan.
“Kami ingin menyampaikan aspirasi kami, yang mana para wakil rakyat, tolong dengarkan aspirasi kami. Pertama segera sahkan RUU Perampasan Aset, jangan biarkan koruptor menari-nari di sana, sedangkan rakyat tertindas,” kata orator dari atas mobil komando.
Selain itu, mereka meminta pihak kepolisian menghentikan tindakan represif kepada para pendemo, menyoroti anggaran pendidikan dan kesehatan yang dipangkas, menolak kenaikan gaji DPR serta meminta mengevaluasi kebijakan Prabowo-Gibran yang bermasalah.