Mengenal Perbedaan Ulos Batak Toba-Uis Nipes Karo: 2 Kain Adat dan Ceritanya

Posted on

Dua kain tradisional dari Sumatera Utara, Ulos Batak Toba dan Uis Nipes Batak Karo, sering dianggap serupa. Meski sama-sama menjadi bagian penting dari identitas budaya di Indonesia, keduanya memiliki perbedaan mencolok.

Dosen Antropologi USU Rita menyebut kedua kain itu memiliki perbedaan mulai dari fungsi, motif, hingga makna filosofisnya.

“Ulos Batak Toba adalah kain sakral yang digunakan dalam berbagai upacara adat, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Ulos dipercaya sebagai simbol berkat dan restu. Motif ulos cenderung memiliki makna spiritual, seperti Ragidup, Sibolang, dan Ragi Hotang, dan biasanya didominasi warna merah, hitam, dan putih,” katanya , Jumat (5/12/2025).

Rita mengatakan Uis Nipes Batak Karo lebih dikenal sebagai kain perlambang identitas dan status sosial dalam masyarakat karo. Uis Nipes dipakai dalam upacara adat seperti perkawinan dan ritual keluarga.

“Motifnya cenderung dengan warna yang lebih cerah seperti merah terang, jingga, emas, dan kuning. Beberapa jenis Uis Nipes yang populer seperti Uis Gatip, Uis Gara, dan Uis Julu,” ujarnya.

Sedangkan bagi masyarakat Batak Toba, ulos adalah lambang kasih sayang, restu, dan perlindungan. Kata ulos sendiri bermakna “kain” atau “pelindung dari dingin”. Dalam adat Batak, Ulos selalu hadir dalam setiap fase kehidupan, kelahiran, pernikahan, hingga kematian.

Sedangkan bagi masyarakat Batak Karo, Uis Nipes memancarkan keanggunan dan martabat. Kata uis berarti kain, sementara nipes merujuk pada teknik anyaman halus. Uis Nipes bukan sekadar kain adat, melainkan identitas budaya Karo yang diwariskan turun-temurun.

“Meski menghadapi zaman modern, ulos dan uis nipes tetap menjadi simbol kebanggaan masyarakat Sumatera Utara. Keduanya tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap pakaian adat, tetapi juga sebagai media penyampai nilai, doa dan sejarah tradisi,” lanjut dia.