Rumah Bolon Purba berada di kompleks perumahan rumah adat masyarakat Simalungun. Ketika ke sana, pengunjung akan menemukan gapura desa bertuliskan “Selamat Datang di Desa Adat Rumah Bolon Pematang Purba”.
Lantas, apa saja yang bisa kita cari tahu dari peninggalan bersejarah suku Simalungun tersebut? Lewat artikel berikut, infoSumut ajak infoers mengenal Rumah Bolon Purba yang dulunya ditempati 14 raja di Simalungun.
Merujuk laman resmi Kementerian Pariwisata RI, ada sebanyak 14 raja-raja Purba yang menempati Rumah Bolon Pematang Purba. Keempat belas raja-raja Purba tersebut juga merupakan bagian dari raja-raja Simalungun.
Dilansir dari buku berjudul “Rumah Bolon Istana Sang Raja Purba” oleh Wahidah Rahmadani, disebut Rumah Bolon bukan hanya karena ukurannya saja tetapi juga karena dijadikan sebagai tempat tinggal raja.
Rumah Bolon berbentuk panggung memanjang dengan ukuran panjang 29,44 meter, lebar 7 meter, dan tinggi 5 meter. Warna kebanyakan bagian bangunannya yaitu coklat muda dipadukan warna putih, merah, dan hitam.
Meski tidak punya jendela, sirkulasi udara di dalam Rumah Bolon Purba masih lancar karena dilengkapi jeruji kayu di bagian dindingnya. Selain itu, rumah tersebut dibangun tanpa paku melainkan memakai pasak dan tali.
Kolong Rumah Bolon Purba memiliki tinggi 2 meter yang digunakan sebagai kandang hewan peliharaan. Saat hendak masuk ke dalam rumah, pengunjung harus melalui anak tangga berjumlah ganjil (ganjil = dapat berkat).
Ruangan Rumah Bolon Purba terbagi menjadi 2 bagian, yaitu ruang depan (lopo) untuk raja dan ruang belakang (ruang dalam) untuk istri dan anak-anak raja. Lopo berukuran lebih kecil jika dibandingkan ruang belakang.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Ruangan depan dilengkapi tempat duduk disebut hotak yang digunakan raja berbincang dengan hulubalang, panglima, atau tamu kerajaan. Berbeda dengan pattangan, tempat raja membicarakan hal tentang pemerintahan.
Di sisi belakang bangunan, ada pintu persegi empat, sedangkan pintu penghubung ruangan depan dan ruangan belakang berada di sisi berseberangan. Di tengah ruangan, berdiri tiang yang dihiasi sepuluh tanduk kerbau.
Dari jumlah pasangan tanduk kerbau, dapat diketahui berapa orang raja yang dinobatkan dan memerintah. Karena tidak semua dapat diikatkan pada tiang itu, empat pasang lagi di atas pintu antara ruangan raja dan istrinya.
Pada zaman dahulu, masyarakat Simalungun percaya terhadap kekuatan roh halus baik roh jahat. Untuk menolak roh jahat supaya tidak mengganggu penghuni rumah, dibuat hiasan penolak roh jahat di Rumah Bolon Purba.