Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, turut mengomentari aksi pendakwah asal Kediri, Elham Yahya Luqman atau Gus Elham, mencium sejumlah anak perempuan yang viral. Arifah memastikan aksi itu tidak dapat dibenarkan meski dilakukan pemuka agama.
“Kami sependapat dengan publik tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan, terlepas dari status atau posisi siapapun yang melakukannya, termasuk mereka yang dianggap sebagai pemuka agama,” ujar Arifah melansir infoNews, Kamis (13/11/2025).
Arifah menyebut kasus ini merupakan peringatan bagi masyarakat agar memahami menjaga batak interaksi dengan anak adalah hal yang penting. Dia meminta masyarakat tidak menganggap hal itu adalah wajar.
“Perilaku yang melibatkan sentuhan fisik tanpa persetujuan, apalagi dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, berpotensi menjadi bentuk pelecehan yang dapat berdampak psikologis serius pada korban,” tuturnya.
Menurut Arifah, persoalan ini menjadi pelajaran tentang pentingnya pemahaman masyarakat terhadap relasi kuasa antara orang dewasa dan anak. Dia menjelaskan, dalam banyak konteks sosial maupun keagamaan, figur otoritas sering berada pada posisi dominan dan dipercaya, yang dapat menciptakan ketimpangan kuasa.
Hal ini kemudian membuat anak sulit menolak, melawan, atau melapor ketika menghadapi perilaku yang tidak pantas.
“Relasi kuasa ini kerap dimanfaatkan melalui cara nonfisik seperti bujuk rayu, tekanan emosional, atau manipulasi psikologis yang dikenal sebagai child grooming. Pelaku biasanya berusaha menormalisasi perilaku menyimpang dengan alasan kasih sayang atau kedekatan. Akibatnya, anak bisa merasa bersalah, bingung, dan mengalami trauma jangka panjang,” tuturnya.
Arifah menekankan pentingnya edukasi tentang otoritas tubuh sejak usia dini agar peristiwa yang sama tidak terjadi. Dia menyebut, anak perlu memahami tubuh mereka sepenuhnya milik mereka sendiri, serta tidak ada seorang pun yang berhak menyentuh atau melanggar batas pribadi mereka.
“Edukasi tentang otoritas tubuh menjadi langkah strategis dalam mencegah praktik child grooming. Anak yang memahami batas tubuhnya lebih mampu mengenali tanda-tanda perilaku manipulatif, meskipun dilakukan oleh orang yang mereka kenal atau hormati. Dengan pengetahuan ini, anak dapat melindungi diri dan mencari bantuan lebih cepat,” sebutnya.
